Oleh Cindhy Ade
Hapsari (F44100008)
Industri
sekarang tak bisa semena-mena lagi terhadap lingkungan. Buang limbah di sungai
sana, buang limbah di sungai sini tak segampang seperti dahulu ketika
masyarakat belum paham dan mengerti tentang kerusakan lingkungan, terutama
kerusakan yang ditimbulkan oleh industri karena limbah yang mereka buang.
Semakin rusak lingkungan semakin banyak masyarakat sadar, semakin banyak yang
peduli terhadap lingkungan. Tumbuh beratus-ratus LSM yang mengurusi bidang
lingkungan ini. Semua berteriak sama, “Selamatkan Bumi Kita”, “Selamatkan
Lingkungan Kita”, dan kata-kata lainnya yang serupa. Tak hanya berteriak saja,
aksipun dilakukan. Boikot sana, boikot sini dengan mengumpulkan massa yang juga
aware terhadap lingkungan.
Bebarapa
tahun silam sebuah pabrik coklat terkenal milik nestle juga terkena imbasnya. Masyarakat
menuntut lingkungan mereka menjadi sehat kembali. Coklat nestle yang bermerek Cailler adalah
produk yang sempat dikecam habis-habisan oleh masyarakat pro lingkungan pada
saat itu. Produk coklat dengan cita rasa tinggi dan dengan kemasan yang sangat
cantik, dimana saat itu kemasannya dibuat transparan. Tapi sayangnya kemasan
ini sangat tidak ramah lingkungan. Kemasan transparan ini sangat sulit untuk di
daur ulang. Oleh karena itulah masyarakat pro lingkungan memboikot secara luas produk
tersebut agar tidak dibeli oleh konsumen.
Sebenarnya
industri itu ada karena adanya konsumen. Industri selalu mengikuti pasar.
Ketika pasar menginginkan produk yang ramah lingkungan mau tidak mau industri
akan mengikuti pasar tersebut Contohnya adalah kasus di atas, dimana
pemboikotan akan suatu produk terjadi yang akhirnya membuat industri mau tak
mau mengubah produknya. Jika setiap orang sadar dan mau menuntut produk-produk
yang ramah lingkungan pada industri maka tak ayal lagi lingkungan juga akan
semakin sehat karena limbah-limbah dari produksi hasil industri berkurang.
Namun
saat ini masalahnya adalah tidak semua orang sadar dan peduli akan bahayanya
produk-produk yang tidak ramah lingkungan. Mungkin masyarakat pro lingkungan
memang sudah banyak, namun masih ada pula masih ada pula masyarakat yang acuh
dengan lingkungannya. Mengejar harga murah biasanya adalah alasannya, dan industri
masih bercokol pada pasar yang mencari harga murah itu karena memang jumlahnya
jauh lebih banyak daripada masyarakat yang peduli terhadap lingkungan dan mau mengeluarkan
uang lebih untuk membeli produk yang lebih ramah lingkungan.
Sekarang
tumbuhkan saja kesadaran yang kuat akan perlunya membuat lingkungan kita yang
sedang sakit-sakitan ini menjadi sehat kembali. Semakin banyak orang yang sadar
semakin lebar pula senyum bumi kita ini, semakin sehat pula lingkungan yang
kita huni ini. Sekali lagi ingat, Industri itu di tangan pasar, di tangan
konsumen. Oleh karena itu masa depan lingkungan juga ada di tangan konsumen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentarmu ditunggu ya.. :)