Selasa, 09 Oktober 2012

Industri di Tangan Konsumen, Lingkungan di Tangan Konsumen



Oleh Cindhy Ade Hapsari (F44100008)

Industri sekarang tak bisa semena-mena lagi terhadap lingkungan. Buang limbah di sungai sana, buang limbah di sungai sini tak segampang seperti dahulu ketika masyarakat belum paham dan mengerti tentang kerusakan lingkungan, terutama kerusakan yang ditimbulkan oleh industri karena limbah yang mereka buang. Semakin rusak lingkungan semakin banyak masyarakat sadar, semakin banyak yang peduli terhadap lingkungan. Tumbuh beratus-ratus LSM yang mengurusi bidang lingkungan ini. Semua berteriak sama, “Selamatkan Bumi Kita”, “Selamatkan Lingkungan Kita”, dan kata-kata lainnya yang serupa. Tak hanya berteriak saja, aksipun dilakukan. Boikot sana, boikot sini dengan mengumpulkan massa yang juga aware  terhadap lingkungan.
Bebarapa tahun silam sebuah pabrik coklat terkenal milik nestle juga terkena imbasnya. Masyarakat menuntut lingkungan mereka menjadi sehat kembali.  Coklat nestle yang bermerek Cailler adalah produk yang sempat dikecam habis-habisan oleh masyarakat pro lingkungan pada saat itu. Produk coklat dengan cita rasa tinggi dan dengan kemasan yang sangat cantik, dimana saat itu kemasannya dibuat transparan. Tapi sayangnya kemasan ini sangat tidak ramah lingkungan. Kemasan transparan ini sangat sulit untuk di daur ulang. Oleh karena itulah masyarakat pro lingkungan memboikot secara luas produk tersebut agar tidak dibeli oleh konsumen.
Sebenarnya industri itu ada karena adanya konsumen. Industri selalu mengikuti pasar. Ketika pasar menginginkan produk yang ramah lingkungan mau tidak mau industri akan mengikuti pasar tersebut Contohnya adalah kasus di atas, dimana pemboikotan akan suatu produk terjadi yang akhirnya membuat industri mau tak mau mengubah produknya. Jika setiap orang sadar dan mau menuntut produk-produk yang ramah lingkungan pada industri maka tak ayal lagi lingkungan juga akan semakin sehat karena limbah-limbah dari produksi hasil industri berkurang.
Namun saat ini masalahnya adalah tidak semua orang sadar dan peduli akan bahayanya produk-produk yang tidak ramah lingkungan. Mungkin masyarakat pro lingkungan memang sudah banyak, namun masih ada pula masih ada pula masyarakat yang acuh dengan lingkungannya. Mengejar harga murah biasanya adalah alasannya, dan industri masih bercokol pada pasar yang mencari harga murah itu karena memang jumlahnya jauh lebih banyak daripada masyarakat yang peduli terhadap lingkungan dan mau mengeluarkan uang lebih untuk membeli produk yang lebih ramah lingkungan.
Sekarang tumbuhkan saja kesadaran yang kuat akan perlunya membuat lingkungan kita yang sedang sakit-sakitan ini menjadi sehat kembali. Semakin banyak orang yang sadar semakin lebar pula senyum bumi kita ini, semakin sehat pula lingkungan yang kita huni ini. Sekali lagi ingat, Industri itu di tangan pasar, di tangan konsumen. Oleh karena itu masa depan lingkungan juga ada di tangan konsumen.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentarmu ditunggu ya.. :)