Selasa, 09 Desember 2014

Pemanfaatan Air untuk Irigasi Pertanian



Air adalah hal yang penting dan vital dalam kehidupan manusia. Penggunaan air antara lain digunakan untuk pertanian, perikanan, peternakan, transportasi, industri dan kebutuhan-kebutuhan lainnya. Namun air dapat menjadi masalah apabila tidak dimanfaatkan, dikelola dan dilindungi serta dilestarikan dengan baik.

Berbagai contoh pemanfaatan air yang telah ada sejak jaman dulu antara lain sebagai berikut :


  1. Sungai Nil di Mesir. Dengan dibuatnya bendungan sepanjang kurang lebih 100 meter dengan tinggi 12 m pada tahun 500 SM, membuat sungai Nil ini dapat bermanfaat untuk mengairi 700.000 hektar tanah yang dapat dijadikan lahan pertanian. Kemudian pada abad ke-13 dilakukan perbaikan dan pembangunan manfaatnya terasa lebih luas lagi, yaitu dapat mengairi sebesar kurang lebih 1.400.000 hektar lahan pertanian.
  2. Selain itu pembangunan Bendungan / Dam Aswan dilakukan sekitar tahun 1902 yang kemudian disempurnakan sekitar tahun 1912 dan diperbaiki lagi pada tahun 1933. Dam Aswan ini ternyata dapat menjamin irigasi yang efektif sepanjang tahun di Lembah Delta Nil dan menjadikan Mesir sebagai negara penghasil berbagai produk tanaman dan peternakan.
  3. Di daratan Cina, perhatian terhadap pengairan telah berlangsung sejak 4000 SM, yang selanjutnya pada tahun 200 SM telah dibangun bendungan Tzu Kiang yang terletak di Sungai Huang Ho yang dapat menjamin penyediaan irigasi untuk areal tanah pertanian seluas 200.000 hektar. Selain itu di Cina juga dibuat Saluran Induk sepanjang 1.120 km pada abad ke 7 yang berdampak pada semakin banyaknya lahan-lahan pertanian yang kebutuhan air irigasinya dapat terpenuhi sepanjang tahun.
  4. Di India, pemanfaatan air berlangsung dengan baik karena telah dibangunnya jaringan-jaringan irigasi yang baik sejak tahun 300 SM.
  5. Di Indonesia, terutama pada tahun 200 SM hingga 300 SM perhatian terhadap pengairan telah nampak. Perhatian tersebut dibuktikan dengan dibuatnya irigasi-irigasi di Pulau Jawa sehingga pada saat itu Pulau Jawa lebih dikenal sebagai penghasil padi yang potensial dan membuat penduduk Pulau Jawa makmur karena hal tersebut. Namun hal tersebut tidak berlangsung lebih lama lagi karena terjadinya peperangan  lokal yang mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap pengairan. Selain itu dengan adanya kedatangan bangsa Belanda yang dengan sengaja merusak sarana pengairan menyebabkan lumpuhnya infrastruktur pengairan yang menyebabkan tidak tersedianya bahan pangan bagi para pejuang kita. Tak hanya itu, kebijakan kerja rodi juga menyita waktu penduduk dengan segala siksaan yang diterima oleh penduduk Indonesia pada masa itu yang menyebabkab pengairan semakin tidak mendapatkan perhatian. Dampak jangka panjangnya semakin banyak kelaparan dan kemiskinan yang terjadi di seluruh daerah di Indonesia karena ulah para penjajah tersebut. Namun akhirnya toh pemerintah Belanda terpaksa membangun dan memperbaiki sistem pengairan karena terdorong oleh kepentingannya untuk menyukseskan usaha tanaman kultur stelselnya. Di antara pembangunan dan perbaikan sistem pengairan yang dilakukan antara lain sebagai berikut :
a.   Pada tahun 1852 pembangunan Bendugan Glapen di Kali Tuntang, Jawa Tengah dengan maksud agar dapat mengairi lahan pertanaman kapas yang direncanakan seluas 14.000 hektar.
b. Selain itu usaha pemerintah belanda untuk meluaskan areal pertanaman tebu telah mendorong pembangunan bendungan dan irigasi sejak tahun 1908 seperti pembangunan :
-   Bendungan Lekong di Mojokerto pada Sungai Brantas yang dimaksudkan untuk mengairi lahan seluas 40.000 hektar
-       Irigasi Banjar Cahyana di Banyumas
-       Irigasi Pemali-Comal di Pekalongan
-       Waduk Penjalin dan Malahayu di Brebes

Pengairan mulai diperhatikan lagi di Indonesia setelah Indonesia merdeka, terutama setelah tahun 1950an sehubungan dengan tekad Pemerintah Indonesia untuk melakukan swasembada pangan (beras) dengan menempuh intensifikasi dan ekstensifikasi. Berbagai sarana pengairan dibangun dan diperbaiki. 

Usaha pemerintah tersebut dipertegas dengan dimulainya PELITA I dimana pembangunan dititikberatkan pada pembangunan bidang pertanian. Sehingga sejak tahun 1969 pemerintah aktif melakukan rehabilitasi jaringan-jaringan irigasi yang keadaannya kurang berfungsi disebabkan karena kurangnya pemeliharaan.

Pada tahapan pertama yang dikerjakan adalah jaringan Cisadane di Tangerang, jaringan Way Seputih di Lampung, jaringan irigasi Sandang di Sulawesi Selatan, jaringan irigasi Rentang di Indramayu dan selanjutnya pada PELITA II hingga IV pembangunan dan perbaikan jaringan irigasi di berbagai daerah di Indonesia terus dikerjakan dengan aktif berbarengan dengan pencetakan persawahan-persawahan baru. Pencetakan persawahan baru merupakan salah satu program ekstensifikasi yang dalam hal ini merupakan usaha perluasan areal persawahan dengan pemberian air irigasi pada sawah tadah hujan di musim kemarau. Pembangunan-pembangunan sarana pengairan antara lain dengan membuat waduk Jatiluhuhur, bendungan Tajum, waduk Sempor, Waduk Karangkates, Waduk Wlingi, bendung Kelara. Waduk Riam Kanan dan lain-lain.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentarmu ditunggu ya.. :)