Jumat, 16 November 2012

Indonesia Gaungkan Konsep Karbon Biru (Blue Carbon)

Repost dari Forum Hijau Indonesia

INDONESIA GAUNGKAN KONSEP KARBON BIRU (BLUE CARBON)
Para peneliti di Indonesia terus menggaungkan konsep karbon biru (blue carbon) sebagai salah satu kontribusi bagi target pengurangan emisi karbon di dunia. "Konsep karbon biru pertama kali diluncurkan sekitar Febuari 2010 pada saat pertemuan the UNEP Governing Council/Global Ministerial Environment Forum di Bali oleh Menteri Kelautan dan Perikanan (Fadel Muhammad) dan Direktur UNEP Achim Steiner," kata Andreas A. Hutahaean, PhD, salah seorang peneliti dari Badan Litbang Kelautan dan Perikanan yang terlibat dalam tim Blue Carbon Indonesia, di Jakarta.

Berdasarkan hasil berbagai penelitian, konsep karbon biru adalah salah satu solusi yang menjanjikan bagi upaya menekan laju perubahan iklim dan mengurangi timbunan CO2 di atmosfer. Karbon biru, secara prinsip, merupakan upaya untuk mengurangi emisi karbondioksida di Bumi dengan cara menjaga keberadaan hutan bakau, padang lamun, rumput laut, dan ekosistem pesisir. Vegetasi pesisir diyakini oleh kalangan peneliti dapat menyimpan karbon 100 kali lebih cepat dan lebih permanen dibandingkan dengan hutan di daratan.

"Selain itu, peran vegetasi pesisir memiliki keuntungan yang berganda. Bisa untuk tempat pengembangbiakan ikan, untuk menjaga erosi air laut, dan pariwisata bahari," ujar Andreas. Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa untuk penelitian karbon biru, "Kami sudah mencoba menerapkannya sejak 2010 melalui pilot project Blue Carbon di Teluk Banten dan Kepulauan Derawan, Kalimantan Timur."

Dari penelitian Blue Carbon yang dilakukan Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan (Balitbang KP), padang lamun memiliki potensi menyerap dan menyimpan karbon sekitar 4,88 ton/Ha/tahun. Total ekosistem padang lamun di Indonesia dapat menyimpan 16,11 juta ton karbon /tahun.

Untuk ekosistem mangrove, rata-rata penyerapan dan penyimpanan karbon sebesar 38,80 ton/Ha/ tahun. Jika di hitung secara total maka potensi penyerapan karbon ekosistem mangrove adalah 122,22 juta ton/tahun. Di samping kedua ekosistem tersebut, rumput laut merupakan komoditas ekonomi penting Indonesia yang berperan penting menyerap emisi karbon. Melalui proses fotosintesis, rumput laut menyerap antropogenik karbon yang berada di daerahnya.

Menurut data statistik Kementerian Kelautan dan Perikanan, luas lahan budidaya rumput laut sekitar 1,11 juta Ha dengan jumlah produksi tahun 2011 sebesar 4,31 juta ton. Maka dengan rasio perbandingan rata-rata biomassa:karbon = 3:1, potensi penyerapan karbon oleh rumput laut adalah sebesar 1,44 juta ton karbon pada 2011.

©[FHI/Antara]

Follow us: @forum_hijau

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentarmu ditunggu ya.. :)