Rabu, 14 November 2012

PEMBANGUNAN LAHAN GAMBUT BERKELANJUTAN, MUNGKINKAH ?

Gambut adalah tanah lunak, organik, sulit dipindahkan serta mempunyai daya dukung yangsangat rendah. Gambut merupakan akumulasi dari bahan organik yang berasal dari sisa-sisa jaringan tumbuhan atau vegetasi alami pada masa lampau. Tanah gambut biasanya terbentuk didaerah cekungan atau depresi di belakang tanggul suungai yang selalu jenuh air karena drainasenya terhambat, sehingga proses dekomposisi terjadi sangat lambat. 

Indonesia memiliki lahan gambut kurang lebih seluas 27 juta hektar yang terpusar di pulai Kalimantan, Sumatra, Irian Jaya dan sebagian kecil di Sulawesi. Lahan gambut mempunyai fungsi yang sangat penting dalam tata air kawasan sebab gambut bersifat seperti busa yang dapat menyerap kelebihan air di musim hujan sehingga mencegah banjir dan melepaskan kandungan airnya secara perlahan di musim kemarau. Rawa gambut juga menjadi tempat berlindungnya berbagai hewan spesies langkan seperti harimau Sumatra, orang utan, ikan arwana, dan buaya sinyulong. Berbagai jenis kayu bernilai ekonomis tinggi juga dapat ditemukan di rawa gambut antara lain ramin, kayu putih, jelutung dan meranti rawa.

Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengorbankan hak pemenuhan generasi mendatang. Pembangunan berkelanjutan mengandung makna jaminan mutu kehidupan manusia dan tidak melampaui kemampuan ekosistem untuk mendukungnya. Sehingga pengertian dari pembangunan lahan gambut berkelanjutan adalah pemanfaatan lahan gambut secara tepat, efektif dan efisien sehingga memenuhi kebutuhan manusia saat ini namun tidak memberikan dampak negatif bagi lingkungan ataupun ekosistem gambut sekitar dan tidak menimbulkan kerugian atau dampak negatif untuk generasi muda di masa mendatang. Sekarang pertanyaannya adalah mungkinkah pembangunan lahan gambut berkelanjutan itu bisa dilakukan?

Pemanfaatan lahan gambut yang selama ini untuk pertanian dan perkebunan sebenarnya kurang begitu tepat. Untuk memanfaatkan lahan gambut, lahan gambut harus dikurangi kandungan airnya dengan cara drainase. Tanpa membuat saluran drainase atau kanal pada gambut dipastikan hanyas jenis pohon asli setempat saja yang bisa tumbuh dalam kondisi jenuh air atau daerah yang dominan basah, misalnya ramin , meranti rawa dan lailn-lain. Pembuatan drainase menyababkan penurunan air tanah sehingga akan terjadi perubahan suhu dan kelembapan yang menyebabkan pelapukan. Pelapukan bahan organik tersebut memang menghasilkan hara bagi tanaman namun juga menghasilkan asam organik yang berpengaruh lebih kuat dan dapat menyebabkan keracunan bagi tanaman. Selain berpotensi menyebabkan keracunan bagi tanaman, seperti yang telah diketahui lahan gambut juga berpotensi menghasilkan emisi karbon yang sangat besar. Emisi karbon yang sangat besar ini bisa semakin menambah buruk pemanasan global yang juga akan menyebabkakn perubahan iklim.

Apakah pembangunan lahan gambut berkelanjutan bisa dilakukan? Bisa asal lahan gambut dimanfaatkan secara tepat tanpa mengubah sifat dan fungsi lahan gambut tersebut dalam ekosistem. Lahan gambut dibiarkan saja seperti apa adanya sehingga hanya tanaman-tanaman yang sesuai dengan kondisi jenuh air seperti dalam gambut, yang bisa hidup. Kalaupun mau membudidayakan tanaan tertentu usahakan tanaman yang sesuai dengan lahan gambut dan melakukan drainase atau pengeringan lahan gambut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentarmu ditunggu ya.. :)